Press Trip JMSI NTB, Banyuwangi-Malang (2), 14 Jam Perjalanan di Tengah Laut

Pk. 24.00 KMP Pratama Kaya menyandar di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Peralihan waktu menuju dini hari dipenuhi kelap kelip lampu di pelabuhan yang tak pernah tidur itu.

Banyuwangi masih menunjukkan kehidupan dengan masih adanya warung tenda dan toko yang terbuka. Sebuah warung tenda dengan menu khas bebek goreng tempat melepas lelah dihari yang sudah memasuki Jumat (18/11).

Hidangan dengan teh hangat mengembalikan energi ditengah gerimis yang membasahi jalanan beraspal. Perlu waktu beberapa jam untuk istirahat karena dalam waktu dekat mesti memenuhi janji audiensi JMSI NTB dengan Kadis Kominfo mewakili bupati di Kantor Pemkab Banyuwangi.

Ada yang masih hangat dalam ingatan tentang kesadaran masyarakat Banyuwangi dan siapa saja yang pernah bertandang ke daerah sebagai publik relation bagi kemajuan kota kabupaten. Sebuah gerakan melalui sektor pariwisata yang kemudian menggerakkan sendi sendi kehidupan sektor lain seperti infrastruktur perkotaan dan perdesaan. Banyuwangi kemudian melesat menunjukkan diri di sektor pariwisata.

Benar saja, ketika tim JMSI NTB diterima Kepala Dinas Kominfo, Budi Santoso dan Kepala Dinas Pariwisata setempat, Ngalamin, terurai kesamaan antara Banyuwangi dengan beberapa ibukota kabupaten di NTB. Salah satunya Banyuwangi punya areal surving yang luar biasa yang juga dimiliki Kabupaten Dompu di NTB.

Banyuwangi pun memiliki pelayanan yang cukup mumpuni untuk setiap tamu yang datang. Di lobby kantor Pemkab tamu dari bernagainkalangan diterima dengan ramah, mengambil menu makanan dan minuman khas Banyuwangi sebel diterima tuan rumah. Pada saat yang sama, tamu dari DIY menyambangi kabupaten itu. Uniknya, setiap kepala dinas sanggup untuk menjelaskan setiap detil tentang Banyuwangu karena mereka sudah memiliki visi yang sama.

Budi ketika menerima tim JMSI NTB yang diketuai Boy Mashudi mengakui Pariwisata Banyuwangi muncul belakangan dibanding Lombok. Namun, Banyuwangi memiliki potensi wisata yang diperhitungkan seperti Kawah Ijen, perkebunan karet, perkebunan kopi dan coklat. Selain itu, bentangan pantai sepanjang 175 km mulai perbatasan Situbondo sampai Jember yang diantaranya dimanfaatkan untuk area surving.

Baca Juga :  Rapat Virtual dengan Mensos, Gubernur NTB Berharap BLT Bentuk Sembako

Spot lain seperti Pulau Merah dan Teluk Ijo. Potensi ini terus dikembangkan dengan mengangkat kearifan lokal. Homestay dibangun, diantaranya dengan menyulap rumah penduduk agar memenuhi standar kesehatan terutama toilet bersih yang menjadi cermin isi keseluruhan bangunan itu.

“Masyarakat diajak bareng membangun potensi yang ada. Dengan cara ini rasa memiliki akan kuat, ” kata Budi. “Publik relation (PR) Banyuwangi adalah yang pernah berkunjung ke banyuwangi. Siapa pun yang datang ke banyuwangi jadi PR untuk Banyuwangi, ” jelasnya.

Ujung tombak Banyuwangi adalah masyarakatnya sendiri. Dalam kaitan ini, driver dibina dalam melayani tamu agar tidak salah bicara. Dengan cara ini kerinduan orang akan muncul.

“Pemda sehebat apapun jika masyarakat tidak diedukasi tidak ada artinya. Karena itu pemda mengedukasi masyarakat menjadi ujung tombak promosi pariwisata, ” ujar Budi seraya menambahkan siapapun pengunjung itu, sekali datang akan kembali.

Di sektor pariwisata, pemerintah setempat menyediakan pilihan pilihan berwisata berdasarkan situasi Tamu. Pasalnya, tamu memiliki keterbatasan sehingga Dinas Pariwisata memiliki pilihan bagi tamu baik dari aspek usia maupun lama tinggal.
“Mana wisata yang bisa dipilih ketika tamu sudah berusia tua, itu ada pilihannya, ” katanya.

Pentingnya memimpikan semangat pariwisata tidak lepas dari teori yang dijadikan dasar pijakan. Dengan memilih pariwisata, secara otomatis semua bisa dibangun twemasuk infrastruktur. Tempat-tempat unik seperti lokasi kuliner, kadang dikejar di mana pun berada sampai menciptakan efek ganda sektor lain yang tak terbayangkan.

Pariwisata telah membuat pertumbuhan ekonomi lebih merata dengan munculnya usaha-usaha di tengah sawah atau di tepi sungai dengan jumlah pengunjung yang fantastis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *